"Baca buku itu tidak bisa diganti dengan tiktok dan nonton film. Karena kerja otak hanya bisa dilatih menjadi tajam kalau otak itu berdialog (yaitu dengan baca buku)."
[ Karlina Supelli ]
-------------------------
Komentar :
Kemampuan berpikir tajam tidak lahir dari sekadar menerima gambar bergerak atau potongan video pendek. Ia tumbuh melalui proses dialog batin, ketika pikiran bertemu gagasan, menimbang, menyanggah, lalu menyusun ulang pemahaman. Membaca buku menghadirkan ruang itu—sebuah percakapan sunyi namun mendalam antara penulis dan pembaca yang melatih logika, imajinasi, dan daya kritis secara bersamaan.
Sementara tontonan dan media sosial menyajikan informasi secara cepat dan instan, buku memaksa kita untuk berhenti, merenung, dan menelusuri makna. Ia mengharuskan otak bekerja lebih keras, bukan hanya menyerap, tapi juga membangun pemahaman. Dalam aktivitas membaca, otak diajak berdialog, bukan sekadar menerima.
Tanpa kebiasaan membaca, otak kehilangan tantangan untuk berpikir mendalam. Ia akan terbiasa dengan reaksi cepat, tetapi miskin refleksi. Maka, untuk mempertajam daya pikir, tidak cukup hanya dengan menjadi penonton—kita perlu menjadi pelaku dalam proses berpikir, dan membaca buku adalah salah satu bentuk latihan paling dasar dan paling penting dalam hal itu.
Salam Cerdas Bernalar, Beragama, dan Berpolitik,
Diambil dari :
https://web.facebook.com/kasih.tulus.921
No comments:
Post a Comment