"Masyarakat modern sedang sakit: membenci ahli tapi memuja pendapat amatir."
[ Tom Nichols ]
-------------------------
Komentar :
"Masyarakat modern sedang sakit: membenci ahli tapi memuja pendapat amatir."
Pernahkah kamu melihat seseorang menolak hasil riset bertahun-tahun, tapi justru percaya pada video 2 menit dari akun anonim?
Itulah gejala zaman ini: "ketika otoritas keilmuan dicurigai, tapi opini tanpa dasar justru dirayakan."
Ilmuwan dianggap elit.
Influencer dianggap lebih tahu segalanya.
Fakta digeser oleh "feeling", dan logika dikalahkan oleh "like dan followers."
Pertanyaannya, apakah ini hanya soal kepercayaan publik yang menurun, atau memang ada kesenjangan komunikasi antara ahli dan masyarakat?
Dan siapa yang sebenarnya bertanggung jawab untuk menjembatani jarak ini?
Mari kita diskusikan bersama, apa menurutmu penyebab orang lebih percaya opini viral daripada pakar di bidangnya?
Bagaimana kita bisa mengembalikan kepercayaan terhadap keahlian dan ilmu pengetahuan?
Apakah para ahli perlu lebih terbuka dan komunikatif, atau masyarakat yang perlu lebih kritis dan mau belajar?
Pernahkah kamu menyaksikan atau mengalami situasi di mana pendapat ahli diabaikan hanya karena tidak "menarik"?
Bagaimana caranya menurutmu agar keahlian kembali dihargai tanpa harus menjadi sensasional?
Karena tanpa kepercayaan pada ilmu dan keahlian, kita bukan hanya kehilangan arah — kita sedang berjalan mundur.
Diambil dari :
https://web.facebook.com/literasikata.id
-------------------------
Pernyataan ini mengkritik fenomena yang kian terlihat dalam masyarakat digital: runtuhnya otoritas pengetahuan dan tumbuhnya kepercayaan buta terhadap suara yang paling keras, bukan yang paling tahu. Ketika informasi tersedia di mana-mana, batas antara opini dan fakta menjadi kabur. Akibatnya, siapa pun bisa merasa “cukup tahu” hanya dengan menonton satu video atau membaca satu postingan, lalu mengabaikan puluhan tahun riset, pendidikan, dan pengalaman para ahli.
Fenomena ini bukan hanya soal kesombongan intelektual, tetapi juga menunjukkan krisis kepercayaan terhadap institusi. Banyak yang merasa bahwa para ahli adalah bagian dari sistem yang jauh dari kehidupan mereka—elitis, bias, atau tidak memahami realitas sehari-hari. Akibatnya, mereka mencari narasi alternatif, meskipun narasi itu datang dari orang-orang yang tak memiliki landasan pengetahuan yang kuat.
Namun dalam jangka panjang, sikap ini berbahaya. Masyarakat yang membenci ilmu, tapi percaya pada sembarang opini, akan mudah tersesat dalam kebingungan, teori konspirasi, dan kebijakan yang merugikan diri sendiri. Menghargai keahlian bukan berarti menelan mentah-mentah, tapi memberi tempat yang semestinya bagi mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk memahami sesuatu secara mendalam. Sebab jika kebenaran jadi soal siapa yang paling keras bicara, maka akal sehat sedang berada dalam ancaman.
Diambil dari :
https://web.facebook.com/kasih.tulus.921
-------------------------
No comments:
Post a Comment