"Penderitaan berhenti menjadi penderitaan pada saat ia menemukan maknanya."
[ Viktor E. Frankl ]
-------------------------
KOMENTAR :
Penderitaan, pada dasarnya, adalah bagian dari hidup yang tak bisa dihindari. Tapi ia menjadi beban yang menyiksa saat dijalani tanpa arah atau pengertian. Begitu seseorang mampu memberi makna pada penderitaannya—entah melalui tujuan, keyakinan, atau nilai yang dipegang teguh—rasa sakit itu berubah wajah. Ia tak lagi sekadar luka, tapi menjadi jalan pembelajaran dan pendewasaan.
Makna memberikan penderitaan konteks yang lebih luas. Seorang ibu mungkin rela menahan sakit saat melahirkan karena tahu bahwa rasa sakit itu melahirkan kehidupan. Seorang pejuang mungkin menahan lelah dan perih karena yakin pada cita-cita yang lebih besar dari dirinya. Dalam makna, penderitaan menemukan tempatnya yang utuh, tidak lagi dilawan, tapi dihayati.
Di sinilah manusia membuktikan bahwa ia bukan sekadar korban keadaan, tetapi makhluk yang mampu mentransformasi derita menjadi kekuatan. Ketika penderitaan mendapat makna, ia tak lagi melemahkan, justru menguatkan.
Makna memberikan penderitaan konteks yang lebih luas. Seorang ibu mungkin rela menahan sakit saat melahirkan karena tahu bahwa rasa sakit itu melahirkan kehidupan. Seorang pejuang mungkin menahan lelah dan perih karena yakin pada cita-cita yang lebih besar dari dirinya. Dalam makna, penderitaan menemukan tempatnya yang utuh, tidak lagi dilawan, tapi dihayati.
Di sinilah manusia membuktikan bahwa ia bukan sekadar korban keadaan, tetapi makhluk yang mampu mentransformasi derita menjadi kekuatan. Ketika penderitaan mendapat makna, ia tak lagi melemahkan, justru menguatkan.
Salam Cerdas Bernalar, Beragama, dan Berpolitik,
Diambil dari :
https://web.facebook.com/literasikata.id
No comments:
Post a Comment