"Dunia ini gelap bagi yang buta huruf, tapi lebih gelap bagi yang bisa membaca tapi malas melakukannya."
[ Dewi Lestari ]
-------------------------
Komentar :
Dunia modern dipenuhi informasi, pengetahuan, dan ide yang bisa diakses dengan mudah oleh siapa pun yang mampu membaca. Namun, ironi besar muncul ketika kemampuan itu tidak digunakan. Buta huruf memang menyedihkan, tapi ada kegelapan yang lebih sunyi: ketika seseorang punya akses pada ilmu, tetapi membiarkannya tergeletak tanpa disentuh. Ia bukan kekurangan alat, melainkan kehilangan kemauan.
Membaca bukan hanya soal menambah wawasan, tapi juga bentuk penghargaan terhadap kemanusiaan kita—kemampuan berpikir, merenung, dan memahami dunia di luar diri sendiri. Saat seseorang enggan membaca, ia menutup pintu untuk tumbuh, berempati, dan melihat kehidupan dari sudut pandang yang lebih luas. Ia memilih kenyamanan kebodohan dibanding tantangan pemahaman.
Dalam dunia yang terus berubah cepat, sikap malas membaca bukan sekadar kerugian pribadi—ia menjadi beban sosial. Karena warga yang tak melek informasi mudah dimanipulasi, sulit mengambil keputusan yang bijak, dan rawan terjebak dalam kebohongan yang disebar lewat suara lantang tapi kosong. Membaca, dalam bentuknya yang paling sederhana, adalah tindakan melawan kegelapan.
Salam Cerdas Bernalar, Beragama, dan Berpolitik,
Diambil dari :
https://web.facebook.com/kasih.tulus.921
No comments:
Post a Comment